Wednesday, May 21, 2008

Sunday at Twelve - Somewhere Between (2008)



Berdasarkan "wawancara" singkat di YM bersama pemain bas Sunday at Twelve, Bintang, ada dua alasan kenapa band ini dinamakan demikian, berikut kutipannya:


"Sebenarnya.. itu diambil dari kebiasaan kita yang sok sibuk bgt, dan baru bisa ketemu dan latian hari Minggu siang (bangunnya siang juga) hahahaa...
trus di filosofikan, kalo hari minggu kan adalah hari off seluruh dunia, bebas dari kerjaan.. dan waktunya tuk kumpul ama teman, keluarga dll, hang out dsb... disitulah musik kita ramu yang cozy dan enak tuk didenger bareng temen2 sore2..."

Untuk review album Sunday At Twelve, Somewhere Between, unsur nepotisme-nya terasa kental, because i know most of the guys and the bassist handed the album to me.

Mendengarkan Somewhere Between, bagi yang "tumbuh dewasa" di pertengahan hingga penghujung akhir 90-an, akan membawa kembali ingatan2 tentang sebuah masa dimana mereka pernah berambut gondrong tanggung belah tengah dan sedikit berminyak; memakai kemeja kotak-kotak agak kedombrangan di atas badan ceking, jins belel dan sneakers dekil; menonton serial Friends dengan antusias; dan menganggap Third Eye Blind dan Spin Doctors sebagai role model musik alternatif yang ngepop di tahun 90-an.

Di album perdana mereka ini, sangat mudah untuk menebak darimanakah Sunday at Twelve mendapat inspirasi dalam bermusik. Petunjuknya: dari sebuah band yang sukses besar setelah membuat soundtrack berjudul Iris untuk film yang berjudul City of Angels. Masih belum mengetahuinya? saya maklum, mungkin saja Anda kurang pergaulan atau tinggal di gua.
Berbicara soal kualitas rekaman Somewhere Between, maka kuping saya cukup puas mendengar 9 track dengan mixing yang lumayan rapi di album ini. Kerja yang bagus kawan-kawan!

Album Somewhere Between dari Sunday at Twelve sedikit mengobati kerinduan Anda yang sekarang mungkin sudah berumur pertengahan dua puluhan atau awal 30-an akan manisnya masa ketika ABG.
Buat yang masih lajang di umur tersebut, mungkin bisa dipakai sebagai lagu untuk mengusir kalimat-kalimat mengganggu dari orangtua dan sanak saudara yang terus memaksa Anda untuk cepat menikah dan punya anak, hahahaha...

Bagi adik-adik yang berumur awal 20-an atau yang masih belasan, beginilah warna musik di tahun 90-an.Era dimana sebuah band cukup melepas satu single yang meledak untuk meraih popularitas, dimasukkan ke dalam belasan lusin kompilasi yang juga sukses besar, dan band tersebut akan menghilang perlahan demi pasti. Mereka punya istilah untuk itu, One Hit Wonder.

Crash Test Dummies, 4-non blondes, Gin Blossoms, dan The Rembrandts adalah band-band dari era 90-an yang punya beberapa single sukses dan beberapa album, lalu cepat terlupakan untuk dibangkitkan dari kubur, di kemudian hari.
Mengingat nasib band-band tersebut, saya hanya bisa berharap Sunday at Twelve tidak menghilang terlalu cepat.

Buat yang berminat, dapat membeli di:
- Ak.'sa.ra
- We Are Music: Plaza Semanggi 3rd floor
- Hey Folks Distro: Jl. Bumi

Apabila Anda ingin mem-booking Sunday at Twelve di acara-acara pensi, pesta, event musik, dan lain-lain dapat menghubungi:
Winna (08161996886)
Aryo (08161670474)

Bintang...komisi promosi gue mana Tang?...Tang.....Taaaang...????

Monday, May 12, 2008

The Fashion - S/T (2008)



Buat Anda yang mendukung pemboikotan terhadap Denmark akibat pemuatan kartun Nabi Muhammad tempo lalu, lupakan saja untuk mendengar album The Fashion atau bahkan membaca review di blog sialan ini, karena The Fashion berasal dari negara "terkutuk" itu (yang kebetulan merupakan negara paling jujur alias paling bersih korupsi dari negara-negara yang mengutuknya, ironis kan?).


Apabila Anda, para kaum fundamentalis ekstrem, yang entah kenapa kebetulan terdampar dan membaca review di blog sekuler ini, perlu Anda pahami bahwa saya adalah seorang penggemar Mew, memuja Natalie Portman, mengagumi Sacha Baron Cohen, mendengarkan Matisyahu yang seorang Yahudi ortodoks dan menganggap The Matrix yang memasukkan nama Zion -ibukota terakhir manusia- sebagai film terfavorit sepanjang masa.


Apabila Anda, manusia-manusia agnostik pecinta dunia dan pecandu musik ngak-ngik-ngok, berpikiran pendek dan suka bersenang-senang, maka Anda sudah berada di blog yang tepat.

Bajingan-bajingan dari Denmark ini memang pintar membuat musik untuk menarik cewek-cewek seksi yang jaim untuk ikut berjoget dengan hot.
Berbicara genre disini sudah tidak relevan karena saya pun termasuk salah satu "kritikus" musik yang dibuat bingung dengan pesatnya perkembangan musik di abad 21.
Self-titled album dari The Fashion bisa masuk ke kategori rock, post-punk, disko atau hip-hop.
Sudahlah... mestinya genre musik dihapuskan saja daripada repot.

Kalau dideskripsikan lewat perbandingan, di pertengahan pertama album, mereka menggabungkan beat hip-hop ringan ala Gym Class Heroes serta elemen slow disco VHS or Beta ke dalam album potensial yang bakal jadi hit di tahun 2008 ini.
Pada pertengahan album terakhir, terasa aura Of Montreal dan bahkan di track terakhir, Vampires with Gold Teeth, melodi gitar ciri khas The Strokes terdengar berbarengan dengan pengaruh Bloc Party di beberapa bagian lagu, cerdas!

Akhirnya, saya menemukan lagi satu album yang bisa didengar sembari menyusuri Kalimalang dan Gatot Subroto di malam hari atau sebagai afternoon music. Cantik!