Monday, November 3, 2008

Young and Restless - S/T (2007)



Young and restless: Yang muda yang bergelora.

Ada sebuah pertanyaan yang terus berputar-putar di kepala saya ketika selesai mendengarkan debut album Young and Restless:
Apakah Karina Utomo -sang vokalis- punya pita suara ekstra yang bisa diganti-ganti?
Saya membayangkan betapa tersiksa sang pita suara bekerja terus-menerus didera jobdesk yang cukup berat dan mengerikan: Melayani permintaan pemiliknya bernyanyi, setengah berteriak, menjerit, memekik tanpa belas kasihan.

Young and Restless adalah sebuah parade musik dengan kata kunci: Noise.
Saya rasa Karina adalah semacam hibrida kekuatan Karen O dari YYY dengan keliaran Jemima Pearl dari Be Your Own Pet. Ketiga wanita tersebut punya persamaan apabila dilihat dari paras mereka: It's all deceptive facade. Mereka dapat melibas vokalis band-band emo yang bertato dan bermuka sangar penuh tindikan dengan sekali gebrak.

Ah, cukuplah bercerita tentang Karina yang cantik dan menarik. Young and Restless adalah contoh membuat gado-gado dengan ramuan yang baik dan benar. Anda semua sudah ketahui bahwa Karina dan saudara lelakinya Nugroho -sang drummer- bergabung bersama dua bule Australia membentuk Young and Restless. Mereka sangat menyatu dan solid, tidak seperti proyek "lucu-lucuan" Ahmad Dhani yang (ingin) merayakan "supremasi" atas kulit putih pada The Rock. "The Batu". Batu nisan barangkali, seperti penanda karir musik mereka.

Album ini berisi tipikal kemarahan, protes dan gejolak khas anak muda. Kalau semua keresahan dan kemarahan digarap serius, hasilnya seperti album ini: Cantik dan beringas, seperti vokalisnya.



Pemuda Harapan Bangsa - Modal Dengkul (2007)




Bagaimana jadinya apabila sebuah bangsa, terutama bangsa Indonesia, bertumpu dan berharap kepada kelompok pemuda yang hanya bermodal dengkul?

Pemuda Harapan Bangsa (PHB) percaya hal itu, setidaknya mereka punya cita-cita sebagai "tumpuan" harapan bangsa untuk mengocok perut rakyat dan membuat mereka tersenyum, walaupun dengan alat musik "seadanya", tampang sekadarnya, lirik seenaknya, dan kualitas vokal yang apa adanya.

PHB pernah melahirkan sebuah mahakarya berupa musik bernafaskan waria Taman Lawang seperti "Baso Mas Parto" di album Orkesnisasi dan sekarang di album Modal Dengkul, hadir sebuah track cerdas: "Kelapa Sawit" yang sempurna secara ide, eksekusi, dan improvisasi.

Di "Khayalan", lahir sebuah konsep baru di dalam musik Indonesia, dimana featuring artist tidak menyanyi, melainkan hanya ngemeng gak jelas di telepon (dalam bahasa Sunda pula).
Saya sering mengulang track ini di bagian awal dan akhir hanya ingin mendengarkan percakapan mereka yang amburadul sambil senyum-senyum sendiri.


Keseriusan PHB dalam bermusik semakin solid ketika menciptakan sebuah lagu yang punya judul seperti kumpulan bumper stiker metromini dan mikrolet: "Doa ibu tersayang kepada anak tercinta semoga selamat sampai tujuan."


Artwork album juga tidak luput dari keseriusan tingkat tinggi personil PHB. Upaya untuk mencetak nama-nama donatur dan jumlah sumbangan buat album ini merupakan langkah jenius yang belum terpikirkan band-band lain di luar sana.


Saya kira PHB akan menurunkan tensi ketidakwarasan mereka di akhir album, ternyata yang saya dapat adalah "The Rain", sebuah karnaval multikulutral pengocok perut dengan bahasa Inggris amburadul dalam atmosfir tembang Sunda-campursari dalam irama tradisional-modern yang absurd.


Gugun and The Bluesbug - Turn It On (2007)




J: "Hank, do you like blues?"

H:
"Yes, one of my favourites."

J: "Have you ever heard an Indonesian playing blues?"

H: "Nope."

J: "You should listen this, it's awesome." (Menyetel "Holding On" di iTunes)

H: "Hmm...the guitarwork sounds like Jimmy Hendrix but with his own personal touch. Also the pronunciation is good, I like it. I did not know that there's a good blues singer-guitarist here, and this one's promising."

J: "Told you, it's awesome."

H: "Yeah, but it's a silly name isn't it? Bluesbug, hahahahaha.... and the artowork is just like those back in the 60s. Anyway, can i borrow the CD after you put it in your iPod?"

J:
"Sure."

Hank adalah guru bahasa Inggris yang datang ke kantor setiap Jumat. Setelah beberapa lama, saya menemukan fakta bahwa si bule punya wawasan tentang musik yang cukup luas dan selera musik yang tidak jauh berbeda dengan saya.

Anyway....saya sempat menyesal tidak menghadiri peluncuran album Gugun and The Bluesbug kira-kira setahun lalu. Ketika membaca e-mail terusan dari seorang teman yang berisi jadwal acara launching album Gugun and The Bluesbug, saya bertanya-tanya band apakah ini? Dilihat dari sampulnya, timbul asumsi bahwa ini hanyalah band-band indie yang mencoba eksis dari pensi-pensi SMA. Saya tak berminat, bahkan tidak terkesan dengan kata 'blues' di nama band tersebut dan tidak googling terlebih dulu.

Asumsi yang terbukti 100% salah ketika saya membaca review di RSI dan kemudian membeli album "Turn it On" dari Gugun and The Bluesbug. Sebuah adegan dari Lock, Stock, and Two Smoking Barrels menyindir asumsi tolol tersebut:

Soap: "And What did I say about assumption being a brother of all fuck-ups?"
Tom: " It's the mother of all fuck-ups, stupid."
Soap: "Well, brother, mother, and any other sucker. It don't make any difference!"

1-0, Satu buat Gugun and The Bluesbug, dan 0 buat asumsi tolol saya.

Mungkin tidak banyak musisi lokal yang memainkan musik ciptaan sendiri bernafaskan blues-based rock dengan penuh penghayatan seperti Gugun. Saya kira mahluk-mahluk yang memainkan musik jenis ini sudah punah. Tersingkir ke bar-bar gelap di pinggiran kota, di panggung kayu yang usang dan disorot lampu redup dan bermandikan cahaya lampu neon yang berkedip-kedip. Ditonton oleh orang-orang tua dengan rokok kretek di mulut yang ingin bernostalgia mengenang masa muda. Ternyata tidak.

"Turn it on" muncul dengan benang merah blues yang terang, bergairah, dan dinamis sehingga bisa meliuk-liuk dengan cantik di track funk "Funky Pesta" dan galak di "Woman", juga bisa lembut seperti sayap-sayap kecil malaikat di "Holding On."

Gugun and The Bluesbug membuat iPod Classic saya terisi lagi dengan bahan bakar tanpa timbal untuk kuping dan otak saya yang memang haus dan rakus asupan musik-musik yang bergizi, terutama blues.