Monday, November 3, 2008

Gugun and The Bluesbug - Turn It On (2007)




J: "Hank, do you like blues?"

H:
"Yes, one of my favourites."

J: "Have you ever heard an Indonesian playing blues?"

H: "Nope."

J: "You should listen this, it's awesome." (Menyetel "Holding On" di iTunes)

H: "Hmm...the guitarwork sounds like Jimmy Hendrix but with his own personal touch. Also the pronunciation is good, I like it. I did not know that there's a good blues singer-guitarist here, and this one's promising."

J: "Told you, it's awesome."

H: "Yeah, but it's a silly name isn't it? Bluesbug, hahahahaha.... and the artowork is just like those back in the 60s. Anyway, can i borrow the CD after you put it in your iPod?"

J:
"Sure."

Hank adalah guru bahasa Inggris yang datang ke kantor setiap Jumat. Setelah beberapa lama, saya menemukan fakta bahwa si bule punya wawasan tentang musik yang cukup luas dan selera musik yang tidak jauh berbeda dengan saya.

Anyway....saya sempat menyesal tidak menghadiri peluncuran album Gugun and The Bluesbug kira-kira setahun lalu. Ketika membaca e-mail terusan dari seorang teman yang berisi jadwal acara launching album Gugun and The Bluesbug, saya bertanya-tanya band apakah ini? Dilihat dari sampulnya, timbul asumsi bahwa ini hanyalah band-band indie yang mencoba eksis dari pensi-pensi SMA. Saya tak berminat, bahkan tidak terkesan dengan kata 'blues' di nama band tersebut dan tidak googling terlebih dulu.

Asumsi yang terbukti 100% salah ketika saya membaca review di RSI dan kemudian membeli album "Turn it On" dari Gugun and The Bluesbug. Sebuah adegan dari Lock, Stock, and Two Smoking Barrels menyindir asumsi tolol tersebut:

Soap: "And What did I say about assumption being a brother of all fuck-ups?"
Tom: " It's the mother of all fuck-ups, stupid."
Soap: "Well, brother, mother, and any other sucker. It don't make any difference!"

1-0, Satu buat Gugun and The Bluesbug, dan 0 buat asumsi tolol saya.

Mungkin tidak banyak musisi lokal yang memainkan musik ciptaan sendiri bernafaskan blues-based rock dengan penuh penghayatan seperti Gugun. Saya kira mahluk-mahluk yang memainkan musik jenis ini sudah punah. Tersingkir ke bar-bar gelap di pinggiran kota, di panggung kayu yang usang dan disorot lampu redup dan bermandikan cahaya lampu neon yang berkedip-kedip. Ditonton oleh orang-orang tua dengan rokok kretek di mulut yang ingin bernostalgia mengenang masa muda. Ternyata tidak.

"Turn it on" muncul dengan benang merah blues yang terang, bergairah, dan dinamis sehingga bisa meliuk-liuk dengan cantik di track funk "Funky Pesta" dan galak di "Woman", juga bisa lembut seperti sayap-sayap kecil malaikat di "Holding On."

Gugun and The Bluesbug membuat iPod Classic saya terisi lagi dengan bahan bakar tanpa timbal untuk kuping dan otak saya yang memang haus dan rakus asupan musik-musik yang bergizi, terutama blues.


1 comment:

Silmi Sabila said...

They're great. Really great.