Sunday, March 18, 2007

Souls Vibrating In The Universe: The Inevitable Sadness EP (2004)



Disebut-sebut sebagai "One of The World's Greatest Unknown Band", Souls Vibrating in the Universe adalah band yang tergolong minim publikasi.
Info yang gue dapat cuma dari beberapa website yang bisa diitung dengan jari, profil myspace mereka yang gak menggembirakan beserta official website yang udah expired (well...lengkap sudah!). Rekaman musik mereka juga termasuk dalam kategori susah ditemukan apalagi The Inevitable Sadness. Walaupun rekaman ini udah cukup lawas, tapi menurut gue band ini punya potensi untuk menjadi besar sehingga review gue masih cukup relevan karena mereka kayaknya gak ngedapat penghargaan dan perhatian yang cukup atas karya mereka.

Souls Vibrating In The Universe membuat sesuatu yang berbeda dari cara penulisan lagu post-rock konvensional walaupun konotasi konvensional adalah sesuatu yang gak dikenal di scene musik ini. Post-rock termasuk genre musik eksperimental yang paling gampang dicerna sehingga mengeksplor sound band-band post-rock adalah sebuah tur sound-surfing yang paling menyenangkan.
Ciri khas elemen post-rock yang berprogresi lambat, juga tekstur musik yang tebal dan sound layer yang bertubi-tubi tetap dipertahankan, akan tetapi flow yang dinamis dari track-track yang diciptain Souls Vibrating In The Universe membuatnya gak terlalu sesurealis Sigur Rós dan gak terlalu cold and dreamy seperti Explosions In The Sky. Souls Vibrating In The Universe lebih cenderung kepada space-psychedelic sound seperti Close Encounters-nya Mogwai.

Di Inevitable Sadness, Souls Vibrating In The Universe membuat ciri khasnya sendiri yang gak lazim di dunia post-rock, yaitu porsi beat drum bergantian dengan gitar mengambil alih komando penciptaan sebuah mood pada musik mereka. Bahkan pada beberapa track, penekanan pada beat drum dilakukan untuk membuka atau menutup beberapa part di satu track.

Track pertama, Mono, dibuka dengan hentakan bass drum yang lembut dan ini adalah sebuah track yang minimalis untuk ukuran post-rock. Tapi justru keindahan musiknya gak diukur dari seberapa ambience atau sound layer yang dihasilkan, tapi lebih kepada musik itu sendiri, lebih kepada atmosfir yang dihadirkan. Untuk hal ini, Souls Vibrating In The Universe gue nilai sangat berhasil dengan segala "keterbatasan" instrumennya.

Ada satu hal yang berbeda selain ciri khas gak lazim Souls Vibrating In The Universe yang gue sebut di atas, yaitu memasukkan growl yang biasa dipakai di musik-musik hardcore dan metal seperti di track pertama dan ketiga. Agak gak lazim untuk sebuah band yang mengedepankan space sound, tapi anehnya nyambung sama mood yang diciptain perlahan-lahan sehingga gue gak kaget.
Pada track kedua, Awaré, teknik growl gak dipake. Penekanan lebih ke olah vokal normal khas post-rock yang depresif-introspektif juga beat drum yang sedikit lebih dominan. Ini merupakan salah satu daya tarik musik Souls Vibrating In The Universe dan mereka juga memberi pelajaran yang baik bagaimana mengaransemen musik secara cerdas dan efektif.

Setelah mendengarkan dengan cukup teliti, gue juga menemukan satu fakta menarik kalo mereka gak banyak nyiptain ambience sound dengan teknologi digital masa kini seperti yang udah lazim dilakukan band-band di genre ini.
Dengan instrumen yang udah memenuhi standar minimal sebuah band --gitar, bas, drum dan vokal--, mereka bisa membuat atmosfir space sound yang pekat dan gak jarang menjadi teatrikal dan megah seperti di No, sebuah track yang memprovokasi imajinasi gue secara maksimal.
Gue ngebayangin robot-robot segede gundam bertarung kolosal ala Braveheart atau Lord of The Rings di luar angkasa, penuh ledakan, pecahan logam yang tersulut api, dan banyak darah....sadis!

Musik Souls Vibrating In The Universe pada The inevitable Sadness ini cocok buat gue yang terlalu males buat ngedengerin Sigur Rós dan terlalu cemen buat dengerin musik metal.
Highly recommended!!



No comments: